tugas kuliah makalah mengenai pancasila sebagai dasar dan nilai nilai negara
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak sekali anasir pemecah belah yang senantiasa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain sentimen suku agama, ras, dan antar golongan (SARA), primordialisme, dan ketimpangan pembangunan. Namun bangsa Indonesia wajib bersyukur karena masih memiliki konsep dasar Pancasila yang dilandasi nilai-nilai sejarah, cita-cita dan ideologi, sebagai pemandu untuk mencapai tujuan negara. Pancasila memandu bangsa Indonesia memandang dinamika kehidupan dan menentukan arah pemecahan perihal politik, ekonomi, sosial dan lingkungan menuju masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur
Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata nilai, sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan yang positif dapat memantapkan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas.
Tuntutan dan aspirasi masyarakat terakomodasi secara positif disertai upaya-upaya pengembangan, peningkatan pemahaman, penjabaran, pemasyarakatan, dan implementasi Pancasila dalam semua aspek kehidupan.
Adapun perubahan yang negatif harus dideteksi dan diwaspadai sejak dini serta melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap NKRI. Hal inilah yang harus kita waspadai yang nantinya akan menghambat pelaksanaan nilai-nilai pancasila untuk menjadi indonesia yang lebih baik .
B. Rumusan Masalah
Kondisi indonesia saat ini
Pancasila sebagai dasar negara
Teori kebenaran pancasila berdasarkan teori perfomatis
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi NKRI saat ini
Indonesia adalah Negara yang besar. Namun kebesarannya belum mencerminkan besarnya kedudukan dan posisi Indonesia sebagai Negara yang maju di dunia. “ADA APA DENGAN KONDISI INDONESIA SAAT INI”? Merupakan pernyataan yang membutuhkan sebuah jawaban. Tahukah kita bahwa sekarang ini era globalisasi telah merasuki bangsa Indonesia, kita sebagai bangsa Indonesia tidak bisa menutup diri akan keadaan ini, mengapa demikian? Karena kalaulah kita tidak mengikuti perkembangan era globalisasi ini maka bisa jadi kita akan menjadi masyarakat yang tertinggal, memang tak sedikit manfaat yang dapat di rasakan, kita merasa dunia itu tanpa batas. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi mendekatkan jarak dan waktu. Kondisi seperti ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tantangan budaya masyarakat Indonesia.
Hal ini sangatlah berbahaya bila kita tidak dapat memfilter serta membedakan mana budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat kondisi riil masyarat Indonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya global lebih cepat dibanding daya serapnya terhadap budaya lokal. Bukti nyata dari pengaruh globalisasi itu, antara lain dapat disaksikan dari gaya berpakaian, dan gaya berbahasa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang sudah berubah yang kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan tehnologi informatika dan komunikasi khususnya pada media masa. Globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku, film, VCD, HP, dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia.
Bisa kita bayangkan kalaulah kita menyerap pengaruh asing tanpa adanya filtrasi atau penyaringan terlebih dahulu mungkin segala bentuk pengaruh negatifpun akan dapat mudah masuk, seperti di contohkan ketika gaya berpakaian budaya Indonesia yang terkenal dengan adat timurnya yang sopan dan bersahaja kini berubah menjadi gaya kebarat-baratan yang tidak pantas untuk di pakai dengan dalih ”mode baru” kata remaja saat ini, atau dalam kasus lain ketika kemudahan telekomunikasi dan informasi seperti internet yang seharusnya digunakan dalam hal positif kini mungkin tak sedikit di salah gunakan untuk mencari gambar-gambar pornografi atau hal-hal negatif lainnya.
Bagaimana negara Indonesia ini mau MAJU kalau akhlak dan moral masyarakatnya pun seperti demikian. Ini menjadi ”PR” untuk kita semua sebagai warga negara Indonesia terlebih kita sebagai mahasiswa untuk bisa membedakan mana budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak, agar tidak terjadi krisis akhlak di Indonesia.
Selain globalisasi yang mempengaruhi kondisi bangsa Indonesia saat ini modernisasi dan IPTEK pun sangat berpengaruh besar. Teknologi modernisasi ini memiliki cukup banyak dampak positif, antara lain: adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tingkat kehidupan yang lebih baik. Tetapi tidak sedikit pula dampak negatif dari teknologi modernisasi, antara lain: pola hidup yang konsumtif, perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
Gaya hidup kebarat-baratan,tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain. Sikap individualistik, Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
Kesenjangan Sosial, apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik. Kriminalitas, sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
Pancasila sebagai dasar negara
Dasar negara adalah landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang keberadaannya wajib dimiliki oleh setiap negara dalam setiap detail kehidupannya. Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur semua penyelenggaraan yang terbentuk dalam sebuah negara. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup norma bernegara, cita-cita negara, dan tujuan negara.
Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara. Sebagai suatu konsep norma hukum tertinggi atau sumber dari segala sumber hukum dalam suatu negara yang berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam sebagai fandemen yang kokoh dan kuat serta bersumber dari pandangan hidup serta cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan suatu negara dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pandangan Hidup adalah Konsep atau cara pandang manusia yang bersifat mendasar tentang diri dan dirinya. Pandangan hidup berarti pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup didunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah berdasarkan waktu dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, pandangan hidup bukanlahtimbul seketika ataupun dalam waktu yang singkat, melain dalam waktu yang lama dan prses terus menerus sehingga hasil pemikiran tersebut dapat di uji kenyataannya, serta dapat diterima oleh akal dan diakui kebenarannya. Dan atas dasr tersebut manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang dapat disebut sebagi pandangan hidup.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Sebagaimana yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup.
Dalam pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
Dengan demikian, pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tunggal Ika yang merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
Teori kebenaran pancasila berdasakan teori perfomatis
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Teori perfomatis merupakan suatu pernyataan teori yang merubah masyarakat dalam cara berfikir, (sikap, perilaku, motivasi). Dalam era globalisasi saat ini, pancasila telah terabaikan. Banyak masalah yang muncul di indonesia saat ini akibat kurangnya memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai 5 sila pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam kondisi indonesia saat ini, saya akan membahas masalah “kebenaran pancasila berdasarkan teori perfomatis”. Saya ambil contoh yaitu dampak globalisasi dan modernisasi terhadap perubahan pola pikir rakyat indonesia.
Pengaruh globalisasi, IPTEK dan Modernisasi
Seandainya saja masyarakat indonesia paham akan kedudukannya sebagai warga Indonesia yang memiliki pedoman Pancasila yang di dalamnya terdapat 5 sila, yakni Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.. bagaimana warga Indonesia ini meningkatkan ketakqwaannnya kepada Allah SWT seiring dengan meningkatnya perkembangan IPTEK tersebut, karena segala sesuatu itu harus seimbang, kita bisa membayangkan ketika timbangan tidak simbang maka yang satu akan naik ke atas dan yang satu ada di bawah begitupun dengan IPTEK apabila IPTEK berada di atas sedangkan ketaqwaan kita berada di bawah, apa yang akan terjadi? Tentunya sesuatu yang buruk akan membayangi kita. Dalam hal ini, kita sebagai generasi bangsa harus bisa memahami dan menjalankan apa-apa yang harus kita laksanakan sesuai tuntunan agama untuk membekali diri.
Hilangnya budaya bangsa
Budaya ketimuran yang menjadi ciri khas warga Indonesia sedikit demi sedikit telah terkikis, begitupun dengan ketaqwaan kita. Mengapa saya mengatakan demikian? Banyak contoh yang dapat menggambarkan hal tersebut dengan adanya perkembangnya teknologi masyarakat Indonesia membangun tempat-tempat ibadah yang sangat bagus, bertingkat-tingkat dengan menggunakan teknologi yang canggih, tetapi tempat ibadah tersebut hanya di bangun saja dan tidak sedikit hanya diposisikan sebagai simbol belaka, sehingga tidak jarang suasananya sepi karena tidak banyak dikunjungi umat atau jama’ahnya. Karena tempat-tempat ibadah itu, hanya diposisikan sebagai simbol, maka hanya didatangi pada hari-hari tertentu, manakala dianggap perlu.
Dampak negatif yang dapat di rasakan dari hal tersebut di atas berpengaruh pula terhadap sikap masyarakat Indonesia saat ini, antara lain egois, individualis, materialistis, sekuler, hendonis, krisis akhlak, dan agama hanya sebagai symbol, yang sedikitnya sudah di bahas di atas.
Sikap masyarakat yang egois, individualis, materialistis, sekuler, hendonis, krisis akhlak, dan agama hanya sebagai symbol
Egois
Apa yang ada di benak saudara ketika mendengar kata “Egois”, pasti yang terbayang dibenak saudara adalah menunjukan sikap seseorang yang selalu ingin menang sendiri, itu memang benar. Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian egois adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Apa yang menyebabkan seseorang bersikap seperti itu, salah satunya adalah pengaruh dari globalisasi seperti yang kita tahu bahwa sikap orang barat selalu ingin menang sendiri tanpa mementingkan orang lain. Jangan sampai sifat seperti itu masuk ke dalam diri masyarakat Indonesia.
Individualis,
Yang saya tahu individualis ialah orang yang tidak mau bersosialisai orang lain, ia merasa bahwa dirinya dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut juga yang merupakan dampak dari adanya pengaruh globalisasi.
Materialistis, sangat miris sekali ketika melihat perubahan budaya Indonesia yang dulunya terkenal dengan adat ketimurannya kini berubah menjadi budaya masyarakat yang selalu mengukur segalanya dari materi, apa yang menyebabkan hal tersebut??? salah satunya adalah pengaruh era globalisasi yang mengacu kepada kebebasan, kebebasan untuk melakukan sesuatu apapun itu.
Sekularisme,
Kata tersebut belum begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia, tetapi bagi kita sebagai mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi mendengar kata tersebut. Sekularisme telah menjadi virus yang menyerang tubuh masyarakat indonesia saat ini, ketika kita sebagai seorang muslim yang berbondong-bondong ingin menjadikan ajaran islam sebagai tuntunan buat hidup kita di dalam menjalankan segala aktifitas beda halnya dengan bangsa-bangsa barat yang selalu memisahkan antara agama dengan kehidupan mereka, virus itupun sedikitnya sudah menyerang kita. Sering kita mendengarkan seorang muslim yang berbicara seperti ini “ kalau mau dakwah di masjid aja kalee”.. itu membuktikan bahwa seorang muslim tersebut telah terserang penyakit sekularisme.
Hedonis,
Lagi-lagi kata yang asing di dengar oleh telinga masyarakat Indonesia. Hedonis adalah kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan, untuk itu sebisa mungkin mereka menghindari diri untuk tidak mau merasakan kesedihan bagaimanapun caranya, meskipun dengan cara yang haram sekalipun.
Beberapa dampak diatas sebisa mungkin kita cegah sebelum mengarah ke hal-hal yang lebih serius lagi, seperti yang di katakan sebelumnya kita harus memfiltrasi dahulu apa-apa pengaruh asing yang masuk ke masyarakat kita, yang baiknya dapat kita manfaatkan yang buruknya kita tinggalkan. Apalagi kita sebagai mahasiswa harus menjadi agen perubahan menuju masyarakat Indonesia yang lebih baik, “MAHASISWA ADALAH AGEN PERUBAHAN.”
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Mohammad Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya, Usaha Nasional, 1984.
Undang-Undang Dasar 1945 :Pustaka Mandiri, Surakarta
http://wikipedia.com
www.google.com
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak sekali anasir pemecah belah yang senantiasa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain sentimen suku agama, ras, dan antar golongan (SARA), primordialisme, dan ketimpangan pembangunan. Namun bangsa Indonesia wajib bersyukur karena masih memiliki konsep dasar Pancasila yang dilandasi nilai-nilai sejarah, cita-cita dan ideologi, sebagai pemandu untuk mencapai tujuan negara. Pancasila memandu bangsa Indonesia memandang dinamika kehidupan dan menentukan arah pemecahan perihal politik, ekonomi, sosial dan lingkungan menuju masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur
Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata nilai, sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan yang positif dapat memantapkan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas.
Tuntutan dan aspirasi masyarakat terakomodasi secara positif disertai upaya-upaya pengembangan, peningkatan pemahaman, penjabaran, pemasyarakatan, dan implementasi Pancasila dalam semua aspek kehidupan.
Adapun perubahan yang negatif harus dideteksi dan diwaspadai sejak dini serta melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap NKRI. Hal inilah yang harus kita waspadai yang nantinya akan menghambat pelaksanaan nilai-nilai pancasila untuk menjadi indonesia yang lebih baik .
B. Rumusan Masalah
Kondisi indonesia saat ini
Pancasila sebagai dasar negara
Teori kebenaran pancasila berdasarkan teori perfomatis
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi NKRI saat ini
Indonesia adalah Negara yang besar. Namun kebesarannya belum mencerminkan besarnya kedudukan dan posisi Indonesia sebagai Negara yang maju di dunia. “ADA APA DENGAN KONDISI INDONESIA SAAT INI”? Merupakan pernyataan yang membutuhkan sebuah jawaban. Tahukah kita bahwa sekarang ini era globalisasi telah merasuki bangsa Indonesia, kita sebagai bangsa Indonesia tidak bisa menutup diri akan keadaan ini, mengapa demikian? Karena kalaulah kita tidak mengikuti perkembangan era globalisasi ini maka bisa jadi kita akan menjadi masyarakat yang tertinggal, memang tak sedikit manfaat yang dapat di rasakan, kita merasa dunia itu tanpa batas. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi mendekatkan jarak dan waktu. Kondisi seperti ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tantangan budaya masyarakat Indonesia.
Hal ini sangatlah berbahaya bila kita tidak dapat memfilter serta membedakan mana budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat kondisi riil masyarat Indonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya global lebih cepat dibanding daya serapnya terhadap budaya lokal. Bukti nyata dari pengaruh globalisasi itu, antara lain dapat disaksikan dari gaya berpakaian, dan gaya berbahasa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang sudah berubah yang kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan tehnologi informatika dan komunikasi khususnya pada media masa. Globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku, film, VCD, HP, dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia.
Bisa kita bayangkan kalaulah kita menyerap pengaruh asing tanpa adanya filtrasi atau penyaringan terlebih dahulu mungkin segala bentuk pengaruh negatifpun akan dapat mudah masuk, seperti di contohkan ketika gaya berpakaian budaya Indonesia yang terkenal dengan adat timurnya yang sopan dan bersahaja kini berubah menjadi gaya kebarat-baratan yang tidak pantas untuk di pakai dengan dalih ”mode baru” kata remaja saat ini, atau dalam kasus lain ketika kemudahan telekomunikasi dan informasi seperti internet yang seharusnya digunakan dalam hal positif kini mungkin tak sedikit di salah gunakan untuk mencari gambar-gambar pornografi atau hal-hal negatif lainnya.
Bagaimana negara Indonesia ini mau MAJU kalau akhlak dan moral masyarakatnya pun seperti demikian. Ini menjadi ”PR” untuk kita semua sebagai warga negara Indonesia terlebih kita sebagai mahasiswa untuk bisa membedakan mana budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak, agar tidak terjadi krisis akhlak di Indonesia.
Selain globalisasi yang mempengaruhi kondisi bangsa Indonesia saat ini modernisasi dan IPTEK pun sangat berpengaruh besar. Teknologi modernisasi ini memiliki cukup banyak dampak positif, antara lain: adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tingkat kehidupan yang lebih baik. Tetapi tidak sedikit pula dampak negatif dari teknologi modernisasi, antara lain: pola hidup yang konsumtif, perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
Gaya hidup kebarat-baratan,tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain. Sikap individualistik, Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
Kesenjangan Sosial, apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik. Kriminalitas, sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
Pancasila sebagai dasar negara
Dasar negara adalah landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang keberadaannya wajib dimiliki oleh setiap negara dalam setiap detail kehidupannya. Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur semua penyelenggaraan yang terbentuk dalam sebuah negara. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup norma bernegara, cita-cita negara, dan tujuan negara.
Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara. Sebagai suatu konsep norma hukum tertinggi atau sumber dari segala sumber hukum dalam suatu negara yang berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam sebagai fandemen yang kokoh dan kuat serta bersumber dari pandangan hidup serta cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan suatu negara dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pandangan Hidup adalah Konsep atau cara pandang manusia yang bersifat mendasar tentang diri dan dirinya. Pandangan hidup berarti pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup didunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah berdasarkan waktu dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, pandangan hidup bukanlahtimbul seketika ataupun dalam waktu yang singkat, melain dalam waktu yang lama dan prses terus menerus sehingga hasil pemikiran tersebut dapat di uji kenyataannya, serta dapat diterima oleh akal dan diakui kebenarannya. Dan atas dasr tersebut manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang dapat disebut sebagi pandangan hidup.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Sebagaimana yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup.
Dalam pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
Dengan demikian, pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tunggal Ika yang merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
Teori kebenaran pancasila berdasakan teori perfomatis
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Teori perfomatis merupakan suatu pernyataan teori yang merubah masyarakat dalam cara berfikir, (sikap, perilaku, motivasi). Dalam era globalisasi saat ini, pancasila telah terabaikan. Banyak masalah yang muncul di indonesia saat ini akibat kurangnya memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai 5 sila pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam kondisi indonesia saat ini, saya akan membahas masalah “kebenaran pancasila berdasarkan teori perfomatis”. Saya ambil contoh yaitu dampak globalisasi dan modernisasi terhadap perubahan pola pikir rakyat indonesia.
Pengaruh globalisasi, IPTEK dan Modernisasi
Seandainya saja masyarakat indonesia paham akan kedudukannya sebagai warga Indonesia yang memiliki pedoman Pancasila yang di dalamnya terdapat 5 sila, yakni Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.. bagaimana warga Indonesia ini meningkatkan ketakqwaannnya kepada Allah SWT seiring dengan meningkatnya perkembangan IPTEK tersebut, karena segala sesuatu itu harus seimbang, kita bisa membayangkan ketika timbangan tidak simbang maka yang satu akan naik ke atas dan yang satu ada di bawah begitupun dengan IPTEK apabila IPTEK berada di atas sedangkan ketaqwaan kita berada di bawah, apa yang akan terjadi? Tentunya sesuatu yang buruk akan membayangi kita. Dalam hal ini, kita sebagai generasi bangsa harus bisa memahami dan menjalankan apa-apa yang harus kita laksanakan sesuai tuntunan agama untuk membekali diri.
Hilangnya budaya bangsa
Budaya ketimuran yang menjadi ciri khas warga Indonesia sedikit demi sedikit telah terkikis, begitupun dengan ketaqwaan kita. Mengapa saya mengatakan demikian? Banyak contoh yang dapat menggambarkan hal tersebut dengan adanya perkembangnya teknologi masyarakat Indonesia membangun tempat-tempat ibadah yang sangat bagus, bertingkat-tingkat dengan menggunakan teknologi yang canggih, tetapi tempat ibadah tersebut hanya di bangun saja dan tidak sedikit hanya diposisikan sebagai simbol belaka, sehingga tidak jarang suasananya sepi karena tidak banyak dikunjungi umat atau jama’ahnya. Karena tempat-tempat ibadah itu, hanya diposisikan sebagai simbol, maka hanya didatangi pada hari-hari tertentu, manakala dianggap perlu.
Dampak negatif yang dapat di rasakan dari hal tersebut di atas berpengaruh pula terhadap sikap masyarakat Indonesia saat ini, antara lain egois, individualis, materialistis, sekuler, hendonis, krisis akhlak, dan agama hanya sebagai symbol, yang sedikitnya sudah di bahas di atas.
Sikap masyarakat yang egois, individualis, materialistis, sekuler, hendonis, krisis akhlak, dan agama hanya sebagai symbol
Egois
Apa yang ada di benak saudara ketika mendengar kata “Egois”, pasti yang terbayang dibenak saudara adalah menunjukan sikap seseorang yang selalu ingin menang sendiri, itu memang benar. Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian egois adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Apa yang menyebabkan seseorang bersikap seperti itu, salah satunya adalah pengaruh dari globalisasi seperti yang kita tahu bahwa sikap orang barat selalu ingin menang sendiri tanpa mementingkan orang lain. Jangan sampai sifat seperti itu masuk ke dalam diri masyarakat Indonesia.
Individualis,
Yang saya tahu individualis ialah orang yang tidak mau bersosialisai orang lain, ia merasa bahwa dirinya dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut juga yang merupakan dampak dari adanya pengaruh globalisasi.
Materialistis, sangat miris sekali ketika melihat perubahan budaya Indonesia yang dulunya terkenal dengan adat ketimurannya kini berubah menjadi budaya masyarakat yang selalu mengukur segalanya dari materi, apa yang menyebabkan hal tersebut??? salah satunya adalah pengaruh era globalisasi yang mengacu kepada kebebasan, kebebasan untuk melakukan sesuatu apapun itu.
Sekularisme,
Kata tersebut belum begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia, tetapi bagi kita sebagai mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi mendengar kata tersebut. Sekularisme telah menjadi virus yang menyerang tubuh masyarakat indonesia saat ini, ketika kita sebagai seorang muslim yang berbondong-bondong ingin menjadikan ajaran islam sebagai tuntunan buat hidup kita di dalam menjalankan segala aktifitas beda halnya dengan bangsa-bangsa barat yang selalu memisahkan antara agama dengan kehidupan mereka, virus itupun sedikitnya sudah menyerang kita. Sering kita mendengarkan seorang muslim yang berbicara seperti ini “ kalau mau dakwah di masjid aja kalee”.. itu membuktikan bahwa seorang muslim tersebut telah terserang penyakit sekularisme.
Hedonis,
Lagi-lagi kata yang asing di dengar oleh telinga masyarakat Indonesia. Hedonis adalah kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan, untuk itu sebisa mungkin mereka menghindari diri untuk tidak mau merasakan kesedihan bagaimanapun caranya, meskipun dengan cara yang haram sekalipun.
Beberapa dampak diatas sebisa mungkin kita cegah sebelum mengarah ke hal-hal yang lebih serius lagi, seperti yang di katakan sebelumnya kita harus memfiltrasi dahulu apa-apa pengaruh asing yang masuk ke masyarakat kita, yang baiknya dapat kita manfaatkan yang buruknya kita tinggalkan. Apalagi kita sebagai mahasiswa harus menjadi agen perubahan menuju masyarakat Indonesia yang lebih baik, “MAHASISWA ADALAH AGEN PERUBAHAN.”
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Mohammad Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya, Usaha Nasional, 1984.
Undang-Undang Dasar 1945 :Pustaka Mandiri, Surakarta
http://wikipedia.com
www.google.com
0 komentar :
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Sesuai Dengan Topik, Jangan Menggunakan Kata-Kata Kasar, Komentar Dengan Link Aktif Tidak Akan Dipublikasikan
ttd
Admin Blog