apa itu HIMPUNAN??
7. Diagram
Venn
Pendefinisian himpunan dengan diagram venn
dibentuk dengan cara menempatkan himpunan Semesta S pada sebuah persegi panjang
dan untuk himpunan lainnya dengan kurva
tertutup sederhana dan anggotanya dengan noktah (titik).
Teladan
1.8
Misalkan
dimiliki himpunan A = { a, i, u, e, o, 1, 2} dan B = {1, 2, 3, 4, a, o} maka
pendefinisian dalam diagram venn sebagai berikut
Gambar
1.2
Diagram venn di atas berarti bahwa, telah didefinisikan
himpuan A = {1, 2, a, i, u, e, o} dan B = {1, 2, 3, 4, a, o} dan himpunan {1,
2, a, o}.
JENIS-JENIS
HIMPUNAN
Telah dikemukakan di atas bahwa konsep
himpunan dalam matematika angggotanya harus terdefinisi dengan jelas. Dari
konsep tersebut dikembangkan beberapa konsep himpunan yang didefinisikan.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
Definisi
1.1 Himpunan Semesta
Suatu
himpunan S disebut himpunan semesta jika dan hanya jika keseluruhan dari elemennya menjadi topik pembahasan suatu himpunan
tertentu.
|
a.
Misalkan B =
himpunan mahasiswa jurusan IPA Biologi IAIN Mataram, maka himpunan semesta dari
B adalah S = himpunan mahasiswa fakultas
tarbiyah IAIN Mataram atau S = himpunan mahasiswa IAIN Mataram.
b.
Misalkan B =
himpunan bilangan Asli, maka himpunan semestanya adalah S = himpunan bilangan
Bulat.
c.
Misalkan C =
himpunan bilangan bulat, maka himpunan semestanya adalah S = himpunan bilangan
Real
Definisi
1.2 Himpunan Kosong
Suatu
himpunan disebut himpunan kosong jika dan hanya jika himpunan tersebut tidak
memiliki anggota dan disimbolkan dengan Ф atau { }
|
Teladan
1.10
Misalkan didefinisikan himpunan sebagai
berikut:
a.
A = Himpunan
dosen non muslim IAIN Mataram
Dalam hal ini, dengan jelas dapat ditentukan
bahwa himpunan A tidak memiliki anggota, karena syarat untuk menjadi dosen IAIN
Mataram harus muslim.
b.
B = Himpunan
bilangan asli yang kurang dari 1
Karena himpunan bilangan asli adalah {1, 2,
3, .
. .}, jelas bahwa tidak ada
bilangan asli yang kurang dari 1, sehingga n (B) = 0.
Definisi 1.3 Himpunan Berhingga dan Tak
Berhingga
Suatu himpunan disebut berhingga jika dan
hanya jika banyaknya anggota himpunan tersebut dapat dinyatakan dalam
bilangan bulat tak negatif dan sebaliknya disebut himpunan tak berhingga
|
Sebutan lain dari himpunan berhingga adalah finit set dan tak berhingga unfinit sets.
Teladan
1.11
Misalkan dimiliki himpunan sebagai berikut:
A = Himpunan mahasiswa IAIN yang masih BALITA
B = {1, 3, 5, 7}
C = {0, 2, 4, 6, . . , 20}
D = {x/x nama
hari dalam seminggu}
E = {0, 1, 2, 3, …}
F = {. . ., -2,-1,0,1,2,. . . }
G = {x/0<x<1}
Dari himpunan tersebut di atas, himpunan A,
B, C dan D adalah himpunan berhingga karena n(A) = 0, n(B)=4, n(C) = 11 dan
n(D) = 7. Sedangkan himpunan E, F dan G adalah himpunan tak berhingga, karena
n(E), n(F) dan n(G) tidak diketahui.
Definisi 1.4 Himpunan Terbilang dan Tak
Terbilang
Suatu himpunan disebut terbilang jika dan
hanya jika setiap anggotanya dapat disebutkan satu persatu, dan sebaliknya
disebut tak terbilang.
|
Istilah lain dari himpunan terbilang adalah Caountable atau Denumerable dan untuk yang tak terbilang disebut Un Countable atau Non Denumerable.
Teladan
1.12
Misalkan
dimiliki himpunan sebagai berikut:
A
= {a,b,c,d}; B = {1,2,3,. . .} dan C = {x/0 < x < 1}
Himpunan A dan B disebut himpunan terbilang,
karena setiap anggotanya InsyaAllah dapat disebutkan satu per satu meskipun B
juga termasuk himpunan tak berhingga. Sedangkan C adalah himpunan tak
terbilang, karena kita tidak dapat menyebutkan satupersatu anggotanya. Karena
kita tidak dapat menyebutkan bilangan real setelah nol atau bilangan real
sebelum 1. Dalam hal ini C juga disebut himpunan tak berhingga dan tak
terbilang.
Definisi 1.5 Himpunan terbatas dan Tak
Terbatas
Suatu himpunan disebut terbatas, jika dan
hanya jika himpunan tersebut memiliki batas atas dan batas bawah
|
Sebutan lain dari himpunan terbatas adalah Bounded Set dan Tak terbatas Un bounded Set.
Teladan 1.13
a. K ={1,2,3,4}, mempunyai batas bawah 1 dan
batas atas 4. Jadi L merupakan himpunan terbatas.
b. L = {x/x < 4}, hanya mempunyai batas
atas, yakni 4. Jadi L merupakan himpunan tak terbatas.
RELASI
HIMPUNAN
Relasi antara dua buah himpunan adalah
pernyataan yang mendefinisikan hubungan antara suatu himpunan dengan himpunan
lainnya.
Definisi
1.6 Relasi Bagian (Sub Set)
Suatu
himpunan A disebut bagian dari himpunan B jika dan hanya jika untuk setiap
anggota A menjadi anggota dari B.
Model
simboliknya:
Lebih lanjut A disebut Himpunan
Bagian dari B dan B disebut Super Himpunan A
|
Teladan1.14
a.
Misalkan A =
himpunan mahasiswa kualifikasi IPA Biologi IAIN Mataram dan B = himpunan
mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram. dalam hal ini Himpunan A disebut
sebagai himpunan bagian dari B, karena semua mahasiswa kualifikasi IPA Biologi
IAIN Mataram adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram. Secara simbolik
ditulis sebagai
Karena
b.
Misalkan
dimiliki himpunan
C = { 1, 2, 3, a, b, c, d} dan D = { 1, b, 3,
d}, maka D adalah himpuan bagian dari C, karena semua anggota D adalah anggota
C.
Pengertian
1.2 Himpuan Bagian Murni (Proper Subset)
Himpunan
bagian murni adalah himpunan bagian tanpa memperhatikan himpunan itu sendiri.
|
Teladan
1.15
Misalkan
C = {a,b, maka himpunan bagian
murni dari C adalah { }, {a}, {b}.
Pengertian
1.3 Koleksi Himpunan Collection of Sets)
Suatu
himpunan yang anggotanya terdiri dari himpunan disebut koleksi himpunan
|
Teladan
1.16
Misalkan dimiliki himpunan {1,2,3}, {a,b},
{ayam, itik, burung} kemudian dibentuk himpunan K = {{1,2,3}, {a,b},{ayam,
itik,burung}}, maka himpunan K disebut koleksi himpunan.
Pengertian 1.4 Himpunan Kuasa
Suatu koleksi himpunan yang anggotanya
semua himpunan bagian dari suatu himpunan tertentu disebut sebagai himpunan
kuasa dari himpunan tersebut.
|
Teladan
1.17
Misalkan dimiliki himpunan A = {1, 2, 3},
maka himpunan bagian A adalah {1}, {2}, {3}, {1,2}, {1,3}, {2,3}, {1,2,3}.
Himpunan kuasa dari A adalah P(A) = {Ф,
{1}, {2}, {3}, {1,2}, {1,3}, {2,3}, {1,2,3}}.
Teorema
1.1
Jika A
adalah himpunan dengan kardinal n, maka kardinal dari himpunan kuasa A adalah
2n
|
Teladan
1.18
Dari Teladan 1.9 di atas, diketahui bahwa kardinal dari A
adalah 3, maka kardinal dari himpunan kuasa A adalah 23 = 8.
Definisi
1.7 Relasi Kesamaan
Himpunan A
disebut sama dengan B jika dan hanya
jika A adalah Sub Set dari B dan B adalah Sub Set dari A.
Model
simboliknya:
|
Teladan
1.19
Misalkan dimiliki himpunan A = { 1, 2, 3,4}
dan B = { 4, 3, 2, 1}
Dapat diketahui dengan mudah bahwa, setiap
anggota A adalah anggotaB(
) dan setiap
anggota B adalah anggota dari A
.
Definisi
1.8 Ekivalensi Himpunan
Himpunan A
disebut ekivalen dengan B jika dan
hanya jika kardinal dari A sama dengan kardinal dari B.
Model
simboliknya:
|
Teladan
1.20
Misalkan dimiliki himpunan A = {a, b, c, d,
e} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}, maka jelas bahwa n(A) = 5 = n(B). Misalkan C =
Himpunan nama-nama hari dan D adalah himpunan nama-nama Bulan, maka jelas bahwa
C tidak ekivalen dengan D, karena n(C) = 7 ≠ 12 = n(D).
Sekarang tentukan apakah pernyataan berikut
benar..?
a.
Setiap
himpunan yang sama, maka himpunan tersebut ekivalen
b.
Setiap
himpunan yang ekivalen, maka himpunan tersebut sama
SIFAT-SIFAT
RELASI HIMPUNAN
Definisi
1.9 Sifat Refleksif
Suatu
relasi disebut refleksif jika dan hanya jika relasi tersebut merelasikan
himpunan tersebut dengan himpunan itu sendiri
|
Teladan
1.21
Jika A adalah himpunan, maka jelas bahwa A
A, A=A dan A~A. Hal ini menunjukkan relasi bagian,
relasi kesamaan dan relasi ekivalen merupakan suatu relasi refleksif.
Definisi
1.10 Sifat Simentrik
Suatu
relasi antara dua buah himpunan disebut simetrik jika dan hanya jika himpunan
pertama berelasi dengan himpunan kedua mengakibatkan himpunan kedua berelasi
pula dengan himpunan pertama
|
Relasi kesamaan “ = “ dan ekivalen “~”
merupakan relasi simetrik, sebab
i). A = B ==> B = A
ii) A ~ B ==> B ~ A
sedangkan
bukan relasi
simetrik, sebab
iii) A
B maka belum
tentuk B
A
Jika A adalah himpunan, maka jelas bahwa A
A, A=A dan A~A. Hal ini menunjukkan relasi bagian,
relasi kesamaan dan relasi ekivalen merupakan suatu relasi refleksif.
Definisi
1.11 Sifat Anti Simentrik
Suatu
relasi antara himpunan A dan B disebut Antisimetrik jika dan hanya jikaA
berelasi dengan B dan B berelasi dengan A mengakibatkan A = B
|
Relasi
merupakan relasi Anti simentrik, sebab jika A
B dan B
A maka A = B.
Sedangkan relasi ~ bukan Anti Sementrik, sebab tidak berlaku jika A~B dan B~A
tidak dapat menyebabkan A = B
Apakah relasi = merupakan relasi Anti
Simetrik..?Silahkan selidiki sebagai latihan!
Definisi
1.12 Sifat Transitif
Suatu
relasi antara dua himpunan disebut transitif jika dan hanya jika himpunan
pertama berelasi dengan himpunan ke-dua menyebabkan himpunan pertama berelasi
dengan himpunan ketiga.
|
Ketiga relasi,
, = dan ~ merupakan relasi transitif, karena
i). A
B dan B
C maka A
C
ii). A = B dan B = C maka A = C
iii). A ~ B dan B~C, maka A ~ C
OPERASI
HIMPUNAN
Operasi adalah suatu relasi yang berkenaan
dengan suatu unsur atau lebih sehingga
menghasilkan unsur lain yang unik/tunggal.
1.
Operasi Uner
Operasi uner merupakan operasi tunggal, dalam
himpunan operasi uner yang didefinisikan adalah komplemen.
Definisi
1.13 Operasi Komplemen
Jika A adalah suatu himpunan, maka
operasi komplemen pada A didefinisikan sebagai
|
Pengertian dari definisi tersebut adalah,
komplemen dari A adalah himpunan A’ yang anggotanya adalah bukan anggota dari
himpunan A yang ada pada himpunan semesta A.
Teladan
1.22
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, maka jelas bahwa
semesta dari A adalah S = Himpunan bilangan Asli. Maka A’ = { 5, 6,
7, . . .}.
Misalkan B = { Muharam, Rajab, Zulhijjah},
maka jelas bahwa himpunan semesta dari
adalah S = Himpunan nama bulan hijriah. Oleh karena itu maka Bc
= {Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Sa’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqaidah}.
2.
Operasi Biner
Biner berarti dua, sehingga operasi biner
berarti operasi yang melibatkan dua buah himpunan.
Definisi 1.14 Operasi Irisan (Intersection)
Jika A dan B sembarang himpunan, maka
operasi irisan A dan B didefinisikan sebagai
|
Pengertian dari definisi di atas adalah,
irisan dari himpunan A dan B adalah himpunan baru yang anggotanya adalah
anggota himpunan yang ada di A dan juga ada di B.
Teladan
1.23
Misalkan A = { 1, 2, 3, 4, 5} dan B = {3, 4,
5, 6, 7} maka irisan dari A dan B adalah
Gambar 1.2
Ada dua jenis relasi sebagai tambahan ketiga
relasi tersebut di atas yang berhubungan terdefinisinya irisan, yakni Relasi Berpotongan/Lepas.
Definisi
1.15 Relasi Berpotongan atau beririsan
Dua buah
himpunan disebut memiliki relasi berpotongan jika dan hanya jika irisannya
bukan himpunan kosong. Dalam notasi matematika ditulis sebagai
|
Himpunan yang yang memenuhi definisi tersebut
disebut sebagai himpunan beririsan atau berpotongan.
Teladan
1.24
Misalkan dimiliki himpunan A = { 1,2, 3, 4}
dan B = {2, 3, 5, 7} maka A dan B disebut himpunan yang saling beririsan karena
Definisi
1.16 Relasi Lepas
Dua buah
himpunan disebut memiliki relasi lepas jika dan hanya jika irisannya
merupakan himpunan kosonga. Ditulis dalam notasi matematika sebagai
|
Selanjutnya himpunan yang memenuhi definisi
relasi lepas, disebut sebagai himpunan saling lepas.
Teladan
1.25
Misalkan dimiliki himpunan A = { 1,2, 3, 4}
dan B = {5, 7, 11,17} maka A dan B disebut himpunan yang saling lepas karena
Definisi
1.17 Operasi Gabungan Himpunan (Union)
Jika A dan
B sembarang himpunan, maka operasi gabungan A dan B didefinisikan sebagai
|
Dari definisi tersebut, hasil operasi
gabungan himpunan A dan B adalah himpunan baru yang anggotanya ada di A atau
ada di B. Dengan kata lain himpunan yang anggotanya gabungan dari anggota
himpunan A dan B,
Teladan
1.26
Misalkan himpunan A = { 1,2, 3, 4} dan B =
{2, 3, 5, 7} maka
Definisi
1.18 Operasi Penjumlahan Himpunan
Jika A dan
B sembarang himpunan, maka operasi penjumlahan himpunan A dan B didefinisikan
sebagai
|
Dari definisi tersebut adalah, hasil operasi
penjumlahan himpunan A dan B adalah humpunan baru yang anggotanya adalah
anggota himpunan Adan Anggota himpunan B
yang tidak termasuk dalam anggota irisan A dan B.
Teladan
1.27
Misalkan dimiliki himpunan A = { 1,2, 3, 4}
dan B = {2, 3, 5, 7} maka
sehingga
Definisi
1.19 Operasi Pengurangan Himpunan
Jika A dan
B sembarang himpunan, maka operasi pengurangan himpunan A dan B didefinisikan
sebagai
|
Pengertian dari definisi tersebut adalah,
hasil operasi pengurangan himpunan A dan B adalah humpunan baru yang anggotanya
adalah anggota himpunan A yang bukan menjadi anggota himpunan B.
Teladan
1.28
Misalkan dimiliki himpunan A = { 1,2, 3, 4}
dan B = {2, 3, 5, 7} maka
Definisi
1.20 Operasi Perkalian
Jika A dan
B sembarang himpunan, maka operasi pengurangan himpunan A dan B didefinisikan
sebagai
|
Pengertian dari definisi tersebut adalah,
hasil operasi perkalian himpunan A dan B adalah humpunan baru yang anggotanya
dibentuk dari pasangan terurut anggota A dan B.
Teladan
1.29
A = {a,b} dan B = {1,3,5}, maka
A x B = {(a,1), (a,3), (a,5), (b,1), (b,3)
dan (b,5)}
Teladan
1.30
Suatu
survey yang dilakukan terhadap 100 orang, menyatakan bahwa 60 orang yang
memiliki pesawat radio, dan 25 orang yang memiliki pesawat TV. Selanjutnya
ternyata ada 30 orang yang tidak memiliki kedua pesawat tersebut. Tentukan
berapa orang yang memiliki pesawat radio dan TV?
Solusi:
Misalkan yang memiliki kedua
jenis pesawat tersebut adalah x, maka 60-x orang yang memiliki pesawat TV saja.
Diagram venn kasus ini adalah
Gambar
1.3
Dari gambar di atas, dapat
persamaan sebagai berikut:
60-x + x + 25-x + 30 = 100 à x = 15
Jadi ada 15 orang yang
memiliki kedua pesawat tersebut:
Teladan
1.31
Disuatu pematang sawah, ada beberapa ekor
bebek sedang jalan beriringan. Pada iringan tersebut tampak bahwa 2 ekor berada
di depan yang satunya, dan 2 ekor lagi di belakang yang satunya. Ada berapakah ekor bebek yang ada pada
pematang sawah tersebut:
Solusi:
Dagram venn dari permasalahan tersebut adalah
Gambar 1.4
Berdasarkan
dagram venn tersebut jelas terdapat 2 ekor bebek di depan yang satunya dan 2
ekor bebek di belakang yang satunya, sehingga banyaknya bebek pada pematang
sawah tersebut adalah 3 ekor.
HUKUM-HUKUM
HIMPUNAN
Hukum dalam pengertian ilimiah adalah teorema
yang kebenaranya sudah terbukti. Terdapat banyak hukum dalam teori himpunan,
akan tetapi dalam pengantar dasar matematika, akan dibahas 12 hukum. Misalkan
A, B dan C sembarang himpunan, maka berlaku relasi berikut:
1. Hukum Identitas
i)
ii)
|
2. Hukum Dominasi
i)
ii)
|
3. Hukum Komplemen I
i).
ii)
|
4. Hukum Komplemen II
i).
ii).
|
5. Hukum Idempoten
i)
ii).
|
6. Hukum Involusi
i).
|
7. Hukum De Morgan
i).
ii).
|
8. Hukum Penyerapan/absorpsi
i).
ii).
|
9. Hukum Komutatif/Pertukaran
i).
ii).
|
10. Hukum Asosiatif/Penglompokan
i).
ii).
|
11. Hukum Distributif
i).
ii).
|
|
12. Hukum Dualitas; yakni penukaran operasi
|
ALAJABAR
HIMPUNAN
Aljabar berarti penyelesaian permasalahan
matematika dengan pengoperasian simbol-simbol sebagai lambang dari permasalahan
matematika yang belum diketahui penyelesainnya. Konsep fikir aljabar ini
pertama kali dikembangkan oleh ilmuan islam Al-Khwarizmi yang berkembang pada
tahun 780-850M. Istilah Aljabar diambil dari tulisannya yang paling terkenal
dengan judul Hisab Al-jabr wal muqabalah
yang artinya perhitungan dengan
restorasi dan reduksi pada tahun 830M.
Istilah Bahasa Arab
|
Istilah Bahasa Indonesia
|
Istilah Bahasa Ingris
|
Al-Jabr
|
Aljabar
|
Algebra
|
Konsep Lajabar yang dikembangkan oleh
Al-Khawarizmi disebut aljabar klasik
yang merupakan suatu konsep matematika yang menggunakan simbol-simbol untuk mewakili bilangan yang belum diketahui
dalam perhitungan. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kenyataan
diketahui bahwa tidak hanya bilangan yang dapat diwakili oleh simbol-simbol
tersebut, bisa juga konsep-konsep lainnya, seperti sifat simetri suatu banngun,
posisi dari suatu jaringan, instruksi terhadap suatu mesin atau dapat juga
melambangkan desain dari sebuah ekspresi statistik. Kenyataan ini kemudian
disebut dengan aljabar modern.
Teladan
1.30
Jika
A, B dan C semabarng himpunan, maka Buktikan bahwa
1.
Bukti:
i) Menggunakan hukum–hukum himpunan:
ii) Menggunakan tabel sifat keangotaan dengan cara sebagai berikut:
Misalkan x
suatu objek, maka terhadap himpunan A dan B akan terdapat kemungkinan x
A atau x
A, dan x
B atau x
B. Jika
kenyataan x sebagai anggota dinyatakan
sebagai 1 dan dan kenyataan x bukan sebagai anggota dinyatakan dengan 0, maka
dapat dikontruksi tabel kebenaran sebagai berikut:
A
|
B
|
A
|
B’
|
A
|
(A
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
Dari
tabel tersebut, diperoleh kenyataan bahwa sifat keanggotaan pada himpunan A
sama dengan sifat keanggotaan himpunan (A
B)
( A
B’), maka dapat disimpulkan bahwa
A
= (A
B)
( A
B’). Jadi terbukti.
2.
Bukti:
Dengan tabel keanggotaan
A
|
B
|
B-A
|
A
|
A
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Dari
tabel tersebut, diperoleh kenyataan bahwa sifat keanggotaan pada himpunan A
(B-A) sama dengan isfat keanggotaan himpunan A
B, maka dapat disimpulkan bahwa A
(B-A) = (A
B)
( A
B’). Jadi terbukti.
3.
Bukti:
Jadi terbukti;
Pembuktian dengan tabel keanggotaan sebagai
berikut:
A
|
B
|
C
|
A-B
|
(A-B)-C
|
A-C
|
(A-C)-B
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Dari tabel tersebut, diperoleh kenyataan
bahwa sifat keanggotaan pada himpunan (A-B)-C sama dengan isfat keanggotaan
himpunan A-C)-B, maka dapat disimpulkan bahwa (A-B)-C = (A-C)-B. Jadi terbukti.
4.
Bukti:
Terbukt bahwa
Pemuktian dengan menggunakan tabel
keanggotaan adalah sebagai berkut:
A
|
B
|
A+B
|
(A+B)
|
B’
|
A
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Dari tabel tersebut, diperoleh kenyataan
bahwa sifat keanggotaan pada himpunan (A+B)
A sama dengan sifat keanggotaan himpunan A
B’, maka dapat disimpulkan (A+B)
A = A
B’. Jadi terbukti.
Berikut diberikan contoh
pembiktuan sifat himpunan menggunakan alajab himpunan berdasarkan definisi
himpunan.
Teladan
1.31
Buktikan bahwa, jika
dan
maka
Bukti:
Diketahui : i).
dan ii).
, maka akan
dibuktikan
Misalkan
1.
Karena
, maka
,
: def.sub set
2. Karena
: def. Union
3. Karena
: def. Himpunan Lepas
4.
5. Karena
Jadi terbukti bahwa , jika
dan
maka
Teladan 1.32
Jika A, B dan C adalah sembarang himpunan,
buktikan bahwa
Bukti:
Teknik pembuktian
menggunakan metode kontradiksi. Artinya kita misalkan
, maka jika kita dapat menunjukkan bahwa permisalan
salah, maka
haruslah yang bernilai benar adalah
. Metode ini digunakan karena tidak mungkin kita dapat
menunjukkan suatu keanggotaan yang kosong. Prosedur pembuktian sebagai berikut:
Misalkan
, maka
1.
2.
3.
4.
Kenyataan 3 dan 4
bertentangan, yakni
, dimana kondisi tersebut mustahil terjadi. Hal ini berarti bahwa
bernilai salah,
jadi seharusnya yang bernilai benar adalah
.
Demikian
telah disampaikan tiga metode aljabar himpunan untuk menentukan kebenaran hasil
operasi suatu himpunan. Untuk mengukur
tingkat pemahaman anda, silahkan soal-soal berikut diselesaikan.
0 komentar :
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Sesuai Dengan Topik, Jangan Menggunakan Kata-Kata Kasar, Komentar Dengan Link Aktif Tidak Akan Dipublikasikan
ttd
Admin Blog